JAKARTA, koranmetro.com – Gencatan senjata antara India dan Pakistan yang diumumkan pada Sabtu (10/5) kembali diuji setelah terjadi baku tembak di sepanjang Line of Control (LoC) di wilayah Kashmir. Kedua negara saling menuduh melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Gencatan senjata ini disepakati setelah eskalasi kekerasan yang dipicu oleh serangan militan di Pahalgam, Kashmir yang dikuasai India, yang menewaskan 26 warga sipil pada akhir April. India menuding kelompok Lashkar-e-Taiba yang berbasis di Pakistan sebagai pelaku, sementara Pakistan membantah keterlibatan dan menuduh India melakukan serangan balasan yang menargetkan pangkalan militer di wilayahnya.
Meskipun kesepakatan gencatan senjata diumumkan, laporan dari Srinagar dan Jammu menyebutkan adanya ledakan dan aktivitas militer semalam setelah pengumuman tersebut. India menuduh Pakistan melanggar kesepakatan dengan melakukan serangan lintas batas, sementara Pakistan menyatakan bahwa India yang pertama kali melanggar dan menegaskan komitmennya terhadap perdamaian.
Presiden AS Donald Trump, yang mengklaim peran penting dalam mediasi, menyatakan bahwa gencatan senjata ini merupakan langkah awal menuju solusi damai atas konflik Kashmir. Namun, India menolak mediasi pihak ketiga dan menegaskan bahwa Kashmir adalah urusan internalnya.
Meskipun ketegangan sedikit mereda pada Minggu pagi, situasi di perbatasan tetap tegang. Warga di daerah perbatasan masih waspada, dan militer kedua negara tetap dalam siaga tinggi. Para analis memperingatkan bahwa tanpa dialog yang berkelanjutan dan penyelesaian akar konflik, gencatan senjata ini berisiko gagal.
Dengan latar belakang sejarah konflik yang panjang dan kompleks, serta adanya kelompok militan yang aktif, perdamaian antara India dan Pakistan tetap rapuh. Diperlukan upaya diplomatik yang intensif dan komitmen politik dari kedua belah pihak untuk mencapai solusi jangka panjang.