Kemiskinan Yang Semakin Mendalam di Myanmar Melonjak, Jual Ginjal di Media Sosial

- Jurnalis

Sabtu, 31 Agustus 2024 - 14:34 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kemiskinan yang semakin mendalam di Myanmar telah menyebabkan situasi yang mengkhawatirkan, di mana sejumlah warga yang terdesak mencari cara ekstrem untuk bertahan hidup.

Kemiskinan yang semakin mendalam di Myanmar telah menyebabkan situasi yang mengkhawatirkan, di mana sejumlah warga yang terdesak mencari cara ekstrem untuk bertahan hidup.

JAKARTA, koranmetro.com – Kemiskinan yang semakin mendalam di Myanmar telah menyebabkan situasi yang mengkhawatirkan, di mana sejumlah warga yang terdesak mencari cara ekstrem untuk bertahan hidup. Baru-baru ini, fenomena yang sangat mengkhawatirkan muncul, yakni penjualan ginjal secara ilegal melalui media sosial. Situasi ini mencerminkan betapa parahnya dampak krisis ekonomi dan konflik politik yang berkepanjangan di negara tersebut.

Dalam beberapa minggu terakhir, laporan menunjukkan bahwa banyak warga Myanmar yang mengalami kesulitan ekonomi yang parah mulai menjual ginjal mereka melalui platform media sosial. Mereka memposting iklan dengan harapan menemukan pembeli yang mau membayar untuk organ mereka demi mendapatkan uang tunai yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti makanan dan perawatan kesehatan.

“Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Suami saya kehilangan pekerjaan, dan kami tidak punya uang untuk membeli makanan untuk anak-anak kami. Terpaksa, saya memutuskan untuk menjual ginjal saya,” kata Aung Myo, seorang ibu dari tiga anak yang terpaksa menjual ginjalnya setelah tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun lembaga kemanusiaan.

Baca Juga :  Pria Bakar Bar Karaoke di Hanoi, Vietnam, 11 Tewas

Fenomena ini sangat memprihatinkan bagi para aktivis dan organisasi kemanusiaan yang mengkhawatirkan dampak kesehatan jangka panjang pada individu yang terlibat. Mereka menyatakan bahwa transaksi semacam ini tidak hanya ilegal tetapi juga berisiko tinggi bagi kesehatan individu. Prosedur medis yang tidak dilakukan oleh tenaga medis yang berkualitas dan tidak memenuhi standar dapat menyebabkan komplikasi kesehatan serius dan bahkan kematian.

Menurut data terbaru dari organisasi bantuan internasional, lebih dari 60% penduduk Myanmar saat ini hidup di bawah garis kemiskinan akibat krisis ekonomi dan konflik politik yang berkepanjangan. Tingkat pengangguran yang tinggi dan inflasi yang melonjak telah memperburuk situasi, memaksa banyak orang ke dalam kondisi hidup yang sangat sulit.

Baca Juga :  China Bantah Menhan Dong Jun Diselidiki atas Dugaan Korupsi

“Pemerintah Myanmar harus segera mengambil tindakan untuk menangani krisis ini dan memastikan bahwa warga yang terkena dampak mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan. Penjualan organ adalah gejala dari masalah yang jauh lebih besar yang memerlukan solusi jangka panjang,” ujar Nanda Win, seorang juru bicara dari Amnesty International Myanmar.

Pihak berwenang di Myanmar telah berjanji untuk melakukan tindakan terhadap praktik penjualan organ ilegal dan mengintensifkan upaya penegakan hukum untuk menghentikan kegiatan tersebut. Namun, tantangan besar tetap ada dalam hal mengatasi akar penyebab kemiskinan yang mendalam dan sistemik yang mendorong warga ke dalam situasi putus asa.

Dalam waktu yang penuh tantangan ini, berbagai organisasi kemanusiaan, lembaga bantuan internasional, dan masyarakat sipil diharapkan dapat bekerja sama untuk memberikan dukungan kepada mereka yang paling membutuhkan dan membantu menciptakan solusi yang lebih berkelanjutan untuk mengatasi krisis kemiskinan yang melanda Myanmar.

Berita Terkait

Kecelakaan Bus di Guatemala, 51 Orang Meninggal Dunia
Ratusan Orang Hadiri Pemakaman Wakil Bos Hamas Marwan Issa
Jepang Dilanda Wabah Influenza Terburuk, Perjalanan Wisata Dibatasi
Pemerintahan Trump Pangkas Staf USAID, 10.000 Pegawai Terancam PHK
Israel Keluar dari Dewan HAM PBB Ikuti AS, Tuduhan Propaganda Antisemitisme
Penembakan Massal di Sekolah Swedia, Motif Masih Menjadi Tanda Tanya
Pos AS Setop Terima Paket dari China Imbas Tarif Tinggi Trump
Trump Diklaim Berencana Tarik AS Keluar dari Dewan HAM PBB
Berita ini 6 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 11 Februari 2025 - 19:11 WIB

Kecelakaan Bus di Guatemala, 51 Orang Meninggal Dunia

Sabtu, 8 Februari 2025 - 18:58 WIB

Ratusan Orang Hadiri Pemakaman Wakil Bos Hamas Marwan Issa

Jumat, 7 Februari 2025 - 21:08 WIB

Jepang Dilanda Wabah Influenza Terburuk, Perjalanan Wisata Dibatasi

Jumat, 7 Februari 2025 - 19:06 WIB

Pemerintahan Trump Pangkas Staf USAID, 10.000 Pegawai Terancam PHK

Kamis, 6 Februari 2025 - 19:08 WIB

Israel Keluar dari Dewan HAM PBB Ikuti AS, Tuduhan Propaganda Antisemitisme

Berita Terbaru

Pernyataan yang mengejutkan datang dari Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), yang baru-baru ini mengungkapkan bahwa dirinya belajar politik dari salah satu rival politiknya, yaitu Prabowo Subianto.

NASIONAL

Jokowi, Saya yang Belajar Politik dari Pak Prabowo

Selasa, 11 Feb 2025 - 19:45 WIB

Sebuah kecelakaan bus tragis terjadi di Guatemala, yang merenggut nyawa setidaknya 51 orang. Kecelakaan tersebut terjadi di jalan raya yang menghubungkan kota-kota besar di Guatemala.

INTERNASIONAL

Kecelakaan Bus di Guatemala, 51 Orang Meninggal Dunia

Selasa, 11 Feb 2025 - 19:11 WIB

Goodison Park, stadion ikonik yang telah menjadi rumah bagi Everton selama lebih dari satu abad, akan menyambut pertandingan yang penuh emosi dan sejarah pada akhir musim ini.

Liga Inggris

Goodison Park Menyambut Derbi Merseyside Terakhir Bersama Everton

Selasa, 11 Feb 2025 - 18:38 WIB