koranmetro.com – Situasi di perairan Karibia semakin tegang pada akhir 2025. Pesawat tempur Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) terlihat mondar-mandir melakukan patroli rutin di dekat perbatasan udara Venezuela, memicu kecemasan di kawasan tersebut. Aktivitas ini terjadi di tengah ketegangan berkepanjangan antara Washington dan Caracas, terutama setelah sanksi ekonomi AS terhadap rezim Nicolás Maduro yang semakin diperketat.
Latar Belakang Ketegangan AS-Venezuela
Hubungan AS-Venezuela telah memburuk sejak 2017 ketika AS mulai memberlakukan sanksi berat terhadap pemerintah Venezuela atas tuduhan pelanggaran HAM, korupsi, dan manipulasi pemilu. Pada 2025, Washington kembali menegaskan dukungannya terhadap oposisi Venezuela dan menolak pengakuan atas pemilu presiden yang dianggap tidak demokratis.
Venezuela sendiri mengklaim bahwa AS terus melakukan “provokasi militer” di wilayahnya, termasuk penerbangan pesawat pengintai dan jet tempur di atas Laut Karibia dan Lautan Atlantik bagian selatan. Caracas menyebut patroli tersebut sebagai bentuk “agresi imperialis” yang mengancam kedaulatan nasional.
Aktivitas Jet Tempur AS yang Terpantau
Beberapa pesawat tempur AS yang terlihat dalam beberapa pekan terakhir meliputi:
- F-22 Raptor dan F-35 Lightning II — Jet siluman generasi kelima yang sering beroperasi dari pangkalan di Puerto Rico dan Florida.
- F-16 Fighting Falcon — Digunakan untuk misi patroli rutin.
- E-3 Sentry AWACS dan P-8 Poseidon — Pesawat pengintai dan anti-kapal selam yang memantau aktivitas angkatan laut Venezuela.
Patroli ini sebagian besar dilakukan di wilayah udara internasional, sekitar 50-100 mil dari pantai Venezuela, termasuk di sekitar Kepulauan ABC (Aruba, Bonaire, Curaçao) yang merupakan wilayah Belanda namun dekat dengan Venezuela. Beberapa kali pesawat AS terbang sangat dekat dengan zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Venezuela, memicu reaksi keras dari militer Venezuela.
Respons Venezuela
Pemerintah Venezuela merespons dengan:
- Mengaktifkan sistem pertahanan udara S-300 dan Buk-M2.
- Melakukan latihan militer besar-besaran dengan pesawat Sukhoi Su-30MK2 dan helikopter Mi-17.
- Mengirimkan kapal perang ke perairan utara untuk “mempertahankan kedaulatan”.
- Presiden Maduro secara terbuka menyebut AS sebagai “musuh utama” dan memperingatkan bahwa setiap pelanggaran wilayah udara akan ditanggapi dengan tegas.
Kekhawatiran Internasional
Komunitas internasional mengkhawatirkan eskalasi yang bisa memicu konflik bersenjata di kawasan Karibia. Beberapa negara seperti Brasil, Kolombia, dan Guyana (yang juga memiliki sengketa wilayah dengan Venezuela) meminta kedua pihak menahan diri. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan dialog dan de-eskalasi.
Sementara itu, Rusia dan China—sekutu utama Venezuela—mengecam patroli AS sebagai “provokasi tidak bertanggung jawab” dan menegaskan dukungan mereka kepada Caracas.
Apa yang Mungkin Terjadi Selanjutnya?
Meski kedua belah pihak belum menunjukkan tanda-tanda ingin berperang secara terbuka, ketegangan saat ini berada pada level tertinggi sejak 2019. Para analis memprediksi beberapa skenario:
- Eskalasi verbal dan demonstrasi kekuatan militer yang berlanjut.
- Insiden kecil di udara atau laut yang bisa menjadi pemicu konflik lebih besar.
- Tekanan diplomatik dari negara-negara netral untuk membuka kembali perundingan.
Sampai saat ini, jet tempur AS terus melakukan patroli rutin, sementara Venezuela tetap waspada. Dunia menahan napas menanti langkah selanjutnya dari kedua negara adidaya ini di panggung Karibia.
Situasi tetap dinamis, dan setiap perkembangan baru akan sangat memengaruhi stabilitas kawasan Amerika Latin.









