JAKARTA, koranmetro.com – sebuah insiden tragis terjadi di Dermaga KCN Marunda, Jakarta Utara. Sebuah mobil yang dikendarai oleh Brigadir Jenderal (Purn) Hendrawan Ostevan, seorang pensiunan TNI, ditemukan tercebur ke laut. Dalam kejadian ini, sang pengemudi dilaporkan meninggal dunia setelah mobilnya tenggelam di perairan dermaga. Berdasarkan rekaman CCTV, mobil tersebut terlihat melaju tanpa ban depan kanan sejak meninggalkan kawasan Gunung Sahari hingga tiba di dermaga. Hal ini menjadi perhatian publik karena mobil tersebut tetap melaju sejauh beberapa kilometer dengan kondisi tidak normal. Polisi menduga bahwa perjalanan mobil tanpa satu ban ini berlangsung selama beberapa waktu sebelum akhirnya berakhir dengan tragedi.
Mobil ditemukan sekitar lima meter dari bibir dermaga dengan kedalaman enam meter di bawah permukaan laut. Ketika dievakuasi, mobil mengalami kerusakan parah, terutama di bagian depan. Bumper depan mengalami kerusakan berat, kaca depan pecah, dan satu ban depan hilang. Seluruh kaca mobil juga pecah, menambah misteri dalam insiden ini.
Polisi menyatakan bahwa kecepatan mobil saat jatuh ke laut diperkirakan mencapai 35 kilometer per jam. Tidak ditemukan tanda-tanda pengereman atau kecelakaan lain sebelum kendaraan tercebur ke laut. Hal ini menimbulkan berbagai spekulasi mengenai alasan di balik kejadian tersebut, termasuk kemungkinan masalah teknis atau kondisi kesehatan pengemudi.
Setelah tenggelam, mobil baru ditemukan beberapa jam kemudian dalam kondisi terkubur lumpur di dasar laut. Proses evakuasi melibatkan tim SAR gabungan dan alat berat untuk mengangkat kendaraan dari dasar laut. Jenazah Brigjen Hendrawan ditemukan di dalam mobil tanpa menggunakan sabuk pengaman.
Kejadian ini memunculkan berbagai reaksi, baik dari keluarga korban maupun masyarakat luas. Pihak kepolisian terus melakukan penyelidikan untuk menentukan penyebab pasti insiden tersebut. Mereka memeriksa rekaman CCTV di sepanjang jalur perjalanan mobil serta melakukan uji forensik pada kendaraan untuk mencari tahu apakah ada indikasi gangguan teknis.
Masyarakat juga mempertanyakan alasan mobil tersebut tetap digunakan meskipun dalam kondisi rusak parah. Beberapa pihak menduga bahwa korban mungkin mengalami tekanan atau situasi tertentu yang memengaruhi pengambilan keputusannya.